Pemuda dan Kebangkitan Islam*

Oleh: Ilmi Safrizal

Tulisan ini merupakan karangan bebas yang disusun dalam bentuk essay argumentatif non-akademik, yang mana akan membahas bagaimana peran pemuda bagi kebangkitan Islam. Agar tulisan ini menjadi singkat, padat dan fokus pada isu pokok, maka tulisan ini dibatasi oleh interpretasi atas pemahaman penulis atas judul essay, yaitu: Pemuda muslim yang tinggal di Indonesia dan dinamika atau perkembangan Islam di Indonesia. Adapun redaksi yang sesuai sebagai pertanyaan yang akan dijawab oleh tulisan ini adalah, “Bagaimana peran pemuda Indonesia dalam menegakkan (apa yang disebut) tiang-tiang agama Islam atau nilai-nilai keislaman, ukhuwah, tradisi, maupun pondasi agama Islam”.

Dalam mendefinisikan “Pemuda”, tentang siapa itu pemuda, berapa umurnya, apa jenis kelaminnya, dan bagaimana rupanya, bukanlah sesuatu yang akan diperdebatkan dalam tulisan ini. Disini, Pemuda didefinisikan sebagai bentuk semangat umat islam yang menggelora, menggebu-gebu selayaknya semangat muslimin dalam memerangi hawa nafsu dan kebodohan. Pemuda yang telah didefinisikan, apabila ditempatkan di tempat yang tepat dan dimanfaatkan secara optimal, potensinya sebagai penunjang perkembangan dan kemajuan agama Islam akan sangat signifikan bagi perkembangan agama Islam. Namun, harapan bangsa dan agama terhadap peran pemuda hanyalah akan terwujud apabila para pemuda Indonesia sudah siap dan mampu, siap secara mental maupun fisik, siap iman maupun ideologi, lahir maupun batin. Diatas itu semua, pemuda juga harus siap dan matang secara ekonomi dalam menghadapi hari yang menjelang akhir ini.

Tidak ada indikasi bahwa Islam pada saat ini sedang jatuh ataupun sedang terpuruk. Agama bukanlah sebuah ajang kompetisi. Agama tidak berlomba-lomba untuk saling mendahului ataupun menjatuhkan agama lain. Sentimen bahwa Islam pada kala ini sedang terpuruk dan umat Islam harus bangkit, kemudian ikut berkompetisi dan selanjutnya mendahuli bukanlah hegemoni yang layak dipertentangkan oleh para pemuda. Mirisnya, dari secuil sentimen itu saja, dapat menimbulkan gejolak-gejolak perpecahan, dan bahkan dialami oleh sesama umat beragama. Bukankah Tuhan tidak perlu dibela?

Untuk menyimpulkan tulisan ini, presepsi tulisan ini mengenai kontribusi pemuda terhadap agama Islam mungkin sama dengan judul yang ditawarkan oleh pihak terkait. Namun, redaksi “kebangkitan” Islam dirasa kurang padu dengan semangat beragama dan beribadah para pemuda muslim. Oleh karena sebab itu, tulisan ini mencemaskan akan disalah gunakannya semangat pemuda untuk mengindahkan kepentingan-kepentingan tertentu. Adalah opini dari tulisan ini bahwa, alangkah jauh lebih baik apabila semangat para pemuda ditempatkan dan difokuskan untuk memperbaiki pribadi setiap insan muslim. Karena sesungguhnya yang harus bangkit adalah pribadi setiap insan muslim. Yang terpuruk dan yang tertinggal adalah pribadi insan muslim. Pribadi insan muslim yang teguh menjalankan syari’at dan menjauhi larangan adalah tiang agama yang paling kokoh. Berlomba-lombalah dalam melakukan kebaikan, bukan berarti dorong-mendorong saling menjatuhkan sesama, apapun kepentingannya.

*Redaksi judul essay diberikan oleh Panitia Tutorial SPAI (Seminar Pendidikan Agama Islam) UPI, untuk mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan seminar pekanan.

 

Satu respons untuk “Pemuda dan Kebangkitan Islam*

  1. Keren kang, ditunggu tulisan-tulisan lain yang bisa memberi pencerahan di tengah kalutnya berbagai dimensi keduniaan bahkan keakhiratan.

    Suka

Tinggalkan komentar